thumb

Dua Perkara yang Melalaikan

 

Dua Perkara yang Melalaikan

 

Hakekat diciptakannya manusia adalah untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Menjadi sebaik-baiknya hamba adalah tujuan tertinggi seorang muslim di alam dunia ini sebelum memasuki babak baru alam yang tak ada kematian sesudahnya. Sehingga motivasi menjadi hamba terbaik akan mendorong seseorang senantiasa mengisi hari-harinya untuk beribadah kepada Allah SWT. ibadah dalam arti luas tentunya. Bukan hanya ibadah yang bersifat ritual saja seperti sholat, puasa, dzikir dan ibadah-ibadah lainnya. Dan seluruh aktivitas seorang muslim dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT jika dibarengi dengan niat yang ikhlas dan cara yang benar.

Namun ada kalanya seseorang lalai dan lupa akan tujuan dari penciptaan tersebut. Sibuk dengan perkara-perkara yang melalaikan bahkan berpotensi besar terjerumus dalam kemaksiatan. Nabi Saw telah mengingatkan segenap ummatnya untuk mewanti-wanti kondisi tersebut. Nabi Saw bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua nikmat yang banyak manusia tidak bisa memanfaatkan dengan baik, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari no. 6412)

Dalam hadits di atas Nabi Saw memberikan rambu agar berhari-hati dalam memaknai dan memanfaatkan dua kenikmatan yang Allah SWT anugerahkan, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.

Seseorang akan merasakan betapa luar biasanya nikmat sehat ketika diuji dengna rasa sakit atau Allah SWT uji dengan suatu penyakit. Sederhananya, betapa nikmatnya kita menyantap makanan saat dalam kondisi sehat sampai-sampai lupa mengucapkan rasa syukur atas nikmat makan makan yang diberi. Dan nikmat ini baru terasa jika Allah SWT mencabutnya yaitu dengan mendatangkan sariawan misalnya. Penyakit yang tak seberapa, namun mampu menyadarkan kelalaian manusia atas nikmat yang Allah SWT beri.

Nikmatnya mampu berjalan dengan baik dan normal akan sangat terasa jika salah satu kaki atau bahkan keduanya Allah uji dengan luka atau cidera.demikian juga denga tangan, mata, telinga serta seluruh anggota tubuh memiliki potensi untuk dicabut nikmatnya jika lalai dan abai.

Nikmat berikutnya yang juga banyak dilalaikan oleh banyak orang adalah waktu senggang alias waktu luang. Sejatinya, tidak ada waktu kosong yang tak terisi oleh aktifitas dalam kehidupan manusia. Bahkan melamun sekalipun tidak bisa dikatakan kosong, namun ada aktifitas disitu yaitu melamun. Islam sebagai agama sempurna telah mengatur sedemikian detail alur kehidupan manusia. Bahkan Allah SWT memerintahkan setiap hambaNya untuk beralih dari satu aktifitas ke aktifitas lain jika sudah menyelesaikan suatu pekerjaan atau amalan. Allah SWT berfirman dalam surat al Insyirah ayat 7:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَٱنصَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”

Ayat dia atas cukup menjadi pedoman bahwa tak ada waktu luang yang sia-sia dalam kehidupan seorang muslim jika benar-benar mengamalkan apa yang telah Allah SWT perintahkan. Para ulama menafsirkan ayat tesebut dengan beralihnya suatu pekerjaan (dunia) kepada pekerjaan lain yaitu berdo’a dan bermunajat kepada Allah SWT untuk meminta keberkahan dari apa yang terlah dikerjakan.

Syekh Soleh Fauzan mengatakan bahwa jika telah selesai mengerjakan kesibukan duniamu, maka berdirilah dengan semangat dalam mengerjakan ibadah. Dan tidaklah pantas seorang muslim menghasbiskan waktunya untuk urusaan dunia semata, akan tetapi imbangilah dengan amalan akhirat dan zikir kepada Allah SWT. Syekh as Sa’di menafsirkan bahwa bila seseorang telah usai mengerjakan urusannya dan tidak tersisa sesuatu pun yang memberatkan di hatinya, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan doa. Gantungkan tawakkal dan harapan kepada Allah SWT semata dan jagan sesekali berpaling dariNya agar tidak menjadi orang yang merugi.

Umunya, seseorang yang memiliki waktu luang akan cenderung mengerjakan sesuatu yang melalaikan dan menuruti hawa nafsu. Sehingga tak sedikit yang melakukan perbuatan sia-sia dan bahkan terjerumus dalam kemaksiatan. Padahal luang atau tidak, sibuk atau senggang waktu terus berjalan dan usia terus berkurang. Maka sudah siapkan kita untuk menjawab “dalam hal apa usiamu kau habiskan?”. Hanya kepada Allah SWT lah kita berlindung dan hanya padaNya lah kita meminta pertolongan.


Komentar

blog comments powered by Disqus