Witir: Sunnahnya Ahlul Qur’an

 

Selain sholat sunnah rawatib dan juga tahajud, Nabi Saw juga sangat menekankan ummatnya untuk melakukan sholat witir. Sholat witir sendiri merupakan sholat yang dikerjakan pada malam hari antara setelah sholat isya dan menjelang waktu sholat subuh dengan jumlah rakaat ganjil. Sehingga sholat witir merupakan sholat penutup malam yang mengganjili sholat-sholat sunnah malam seperti tahjud dan qiyamul lail.

Hukum sholat sunnah witir adalah sunnah muakkad, artinya sunnah yang sangat ditekankan namun tidak sampai pada derajat wajib. Seumur hidupnya, Nabi Saw tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat witir meskipun saat beliau sedang dalam perjalanan safar. Ibnu Qayyim pernah berkata bahwa Rasulullah Saw selalu melaksanakan dan memelihara sholat sunnah fajar (qabliah subuh) dan witir melebihi sholat-sholat sunnah rawatib lainnya meskipun saat beliau dalam kondisi safar. Ini menandakan begitu agungnya pahala yang Allah SWT janjikan bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw mengibaratkan pahala sholat witir dengan harta yang sangat berharga di masa itu yaitu unta merah. Rasulullah Saw bersabda:

????? ??????? ??????????? ????????? ???? ?????? ?????? ???? ?????? ????????? ????????? ???????? ??????? ?????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ????? ???? ???????? ?????????

“Sesungguhnya Allah menambah bagi kalian shalat yang lebih baik bagi kalian ketimbang memiliki unta merah, yaitu shalat witir. Allah meletakkannya antara shalat Isya` sampai terbitnya fajar.” [HR. at-Tirmidzi]

Bahkan dalam kitab al Umm, Imam Syafi’i menjelaskan betapa tingginya kedudukan sholat sunnah witir dan sholat sunnah fajar. Bahkan beliau tidak mentolerir bagi mereka yang meningalkan kedua sholat sunnah tersebut atah salahsatunya. Siapa saja yang meninggalkan salahsatu dari keduanya maka yang demikian itu lebih buruk dari mereka yang meninggalkan seluruh sholat sunnah yang ada. Demikian pendapat beliau kepada mereka yang meninggalkan sholat sunnah fajar dan witir.

Dalam kitab al Mughni karya Ibnu Qudamah, Imam Ahmad pernah berkata:

???? ?????? ????????? ??????? ?????? ?????? ????? ????? ?????????? ???? ???????? ???? ???????????

Siapa yang sengaja meninggalkan shalat witir, ia adalah orang yang buruk dan persaksiannya tidak diterima

Witir: Sunnahnya Ahlul Qur’an

        Dalil serta pendapat para ulama di atas sudah cukup untuk memberikan gambaran akan tingginya kedudukan sholat sunnah witir dalam Islam. Terlebih bagi para pemangku kitabullah yaitu orang-orang yang konsisten dalam menghafal, mendatabburi, mempelajari hukum-hukum bacaannya, mengamalkan atau bahkan hanya baru sekedar membaca. Nabi Saw meberikan satu nasehat sebagai penekanan agar ahlul qur’an tidak sedikitpun meninggalkan ibadah sunnah ini meski dalam kondisi safar sekalipun. Dari ‘Ali ra bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:

?????????? ?? ?????? ????????? ?????? ???? ?????? ??????? ????????

“Shalatlah witir wahai Ahli Al-Qur’an. Sesungguhnya Allah itu witir (ganjil) dan menyukai yang ganjil pula.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, an Nasai dan Ibnu Majah)

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa hukum sholat witir adalah sunnah muakkad atau sunnah yang ditekankan untuk dilaksanakan oleh setiap muslim secara umum. Dan dari hadits di atas Rasulullah Saw tekankan kembali dan mengkhususkan agar ahlul qur’an tidak meningkalkan sholat sunnah witir. Hal ini berkaitan erat dengan tugas berat yang diemban oleh ahlul qur’an yaitu menjaga, mengamalkan serta berdakwah dengannya. Maka sudah semestinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon taufiq serta pertolongan-Nya melalui amalan-amalan sunnah terlebih beberapa amalan yang utama seperti sholat sunnah witir. Bahkan Nabi Saw pernah berwasiat kepada Abu Haurairah untuk berpuasa tiga hari di setiap bulan, sholat dhuha dua raka’at serta sholat witir sebelum tidur.

Untuk itu, sebagai seorang muslim hendaknya melaksanakan sunnah-sunnah Nabi Saw terlebih sunnah yang utama untuk dilaksanakan. Sebisa mungkin sunnah-sunnah tersebut secara konsisten dilakukan meskipun dalam kondisi yang sedikit sulit seperti safar atau sakit ringan. Karena keistiqomahan dalam melakukan suatu amalan menandakan kualitas keimanan yang baik. Pada akhirnya keistiqomahan tersebut dapat mengundang rahmat serta keridhoan Allah SWT.

Komentar

Saat ini Komentar Tidak tersedia.

KERJA SAMA