‘Ibaadur Rahman (1)

 

Setiap muslim yang mengucapkan ikrar berupa dua kalimat syahadat maka secara otomatis menjadi hamba Allah SWT. Sebagai seorang hamba hal berikutnya yang harus ia lakukan adalah mentaati seluruh perintah dan menjauhi setiap larangan yang telah Allah SWT gariskan sebagai bentuk monsekuensi dari keimanan. Dan tentu saja, dalam perjalananya seorang hamba tak akan pernah sama derajatnya di sisi Sang Maha Pencipta. Ada hamba yang memilih menjadi seorang hamba yang biasa-biasa saja, dan ada yang memilih menjadi hamba dengan predikat spesial dengan amalan-amalan yang telah Allah SWT tetapkan.

Di akhir surat al Furqan, Allah SWT menjelaskan dengan sangat detail sifat-sifat ‘ibaadur rahman. Dalam tafsirnya Imam as Sa’di menjelaskan bahwa ibadur Rahman merupakan jalan penghambaannya para nabi dan para kekasih Allah SWT (wali). Oleh karena itu Allah SWT mengimbuhkan langsung kalimat ‘ibad (seorang hamba) pada namaNya yang mulia yaitu ar Rahman (Maha Pengasih) sebagai isyarat bahwa mereka mampu mencapai derajat yang mulia ini atas berkat rahmatNya Allah SWT.

Apa saja sifat dari ‘ibadur Rahman tersebut.

Allah SWT berfirman :

????????? ???????????? ????????? ????????? ????? ????????? ???????

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” (QS. Al Furqan:63)

Rendah hati

               Inilah sifat pertama yang Allah SWT sematkan pada ‘ibadur Rahman yaitu rendah hati. Syaikh Wahbah az Zuhaili menjelaskan bahwa sifat rendah hati menjadikan ibaadur Rahman berjalan di atas muka bumi ini dengan tenang dan mantab serta jauh dari keangkuhan. Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ????????? ????? ????????? ??????? adalah ????? ?????? (tenang dan tawadhu’).

               Sifat rendah hati dan tidak sombong ini pun pernah diajarkan oleh seorang yang sholeh kepada anaknya yang Allah SWT abadikan namanya dalam al qur’an, yaitu Luqmanul Hakim. Kisah Luqman dalam mendidik anaknya mendapat perhatian khusus dari Allah SWT sehingga menjadi kisah teladan yang pantas untuk ditiru. Allah SWT berfirman:

????? ????????? ??????? ????????? ????? ?????? ??? ????????? ??????? ? ????? ??????? ??? ??????? ????? ????????? ??????? # ????????? ??? ???????? ????????? ??? ???????? ? ????? ??????? ???????????? ???????? ??????????

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 18-19)

               Yang dimaksud berjalan di muka bumi baik dalam surat al furqan maupun surat luqman tentunya bukan hanya sekedar berjalan dengan kaki sebagaimana yang dipahami. Namun berjalan yang dimaksud adalah menjalani seluruh aktivitas kehidupan di atas muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk social tentu tak lepas dari aktivitas sosialnya dengan sesama. Berinteraksi, saling sapa, berbagi, saling tolong serta gotong royong menjadi kegiatan rutin sehari-hari. Mustahil seseorang mampu bertahan hidup tanpa mau ikut dalam suatu kelompok sosial. Dan sikap tawadhu’ serta jauh dari kesombongan menjadi bekal utama agar fungsi manusia sebagai hamba Allah SWT juga sekaligus sebagai makhluk sosial dapat terlaksana dengan baik.

Selalu berkata baik

               Menjaga lisan dari segala bentuk keburukan dan senantiasa berucap yang baik merupakan sifat ke dua dari ibaadur Rahman. Apa yang keluar dari lisan merupakan cerminan apa yang terdapat di dalam hati. Sehingga seorang muslim selalu berpikir dahulu apa yang akan diucapkan. Sehingga setiap yang keluar dari lisan bisa dipastikan membawa manfaat dan tidak menyakiti serta merendahkan harkat martabat seseorang. Pada lanjutan surat al Furqan ayat 63 Allah SWT berfirman:

??????? ??????????? ????????????? ???????? ????????

“…..dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

Jangankan berbicara dengan orang yang ‘alim, berbicara dengan orang jahil saja ‘ibaadur Rahman masih memilih kata-kata yang baik dan mengandung keselamatan yang tak menyakitkan hati apabila di dengar. Sehingga ‘ibaadur Rahman selalu menjadi teladan yang baik dalam bersikap dan berucap. Hal ini senada dengan sabda Nabi Saw:

???? ????? ???????? ????????? ??????????? ??????? ?????????? ???????? ???? ??????????

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Inilah nasehat dari Rasulullah Saw bagi orang-orang yang mengaku beriman pada hari akhir. Karena setiap yang mengimani adanya hari akhir mana secara otomatis akan menimbang dan berpikir sebelum berucap. Karena setiap ucapan yang keluar dari lisan harus dipertanggungjawabkan baik maupun buruknya.

 

Komentar

Saat ini Komentar Tidak tersedia.

KERJA SAMA